Basic Life Skill



Pengantar

Lukas 15:11-32 mengkisahkan seorang anak laki-laki yang meminta bagian warisannya dari ayahnya, kemudian pergi ke negeri yang jauh dan menghabiskan hartanya dengan hidup dalam pemborosan. Ketika hartanya habis dan dia mengalami kesulitan, dia memutuskan untuk kembali kepada ayahnya dan meminta ampun.  Meskipun kisah ini sering kali diinterpretasikan sebagai perumpamaan tentang kasih Allah yang penuh ampun, kita juga dapat melihatnya dari sisi lain yaitu sebagai contoh tentang kegagalan anak bertanggung jawab atas apa yang diberikan orangtuanya.  ‘Keberanian dan kepercayaan dirinya’ mengambil keputusan untuk hidup mandiri dengan lepas/jauh dari orang tua, ternyata tidak dibarengi dengan keterampilan hidup dasar tentang apa dan bagaimana hal-hal penting dalam hidupnya harus dilakukan secara baik dan benar.  Alhasil, alih-alih ingin mandiri dan menunjukkan diri dewasa, sebaliknya yang terjadi malah mengalami kebangkrutan.

Makna & Ruang Lingkup

Kisah di atas menegaskan betapa pentingnya anak mempunyai basic life skill (disingkat BLS) sebelum mereka benar-benar lepas dari orangtuanya.  BLS atau ketrampilan hidup dasar untuk anak adalah keterampilan praktis dan fundamental yang membantu anak-anak mengelola kehidupan sehari-hari mereka. BLS juga dipahami sebagai kapasitas yang dimiliki seseorang untuk melakukan tugasnya, sehingga bisa menjadi penilaian atau ukuran mengenai apa (mandiri tidaknya) yang dilakukan orang tersebut.  Meskipun BLS sering dianggap sebagai sesuatu yang datang secara alami, namun sesungguhnya hal ini perlu untuk dipelajari dan dikembangkan. Melalui belajar dan mempraktikkan BLS secara teratur, anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kehidupan dan mencapai tujuan hidupnya

Basic Life Skill mempunyai ruang lingkup perkembangan yang perlu diketahui:  

  1. Komunikasi, yaitu kemampuan menyampaikan ide atau gagasan secara efektif kepada orang lain, termasuk kemampuan mendengarkan dengan aktif, menyampaikan pesan dengan jelas, dan menangani konflik dengan cara yang produktif.

  2. Keterampilan emosional, yaitu memahami dan mengelola emosi dengan baik, mengatasi rasa takut dan kecemasan, serta mengembangkan empati terhadap orang lain. 

  3. Kemampuan  mengelola waktu dengan baik untuk membantu mencapai tujuan hidup dengan efektif dan efesien;  termasuk di dalamnya adalah kemampuan menetapkan prioritas, mengelola kegiatan sehari-hari, dan menghindari distraksi.

  4. Kemampuan mengelola keuangan pribadi dengan baik sangat penting untuk mencapai kebebasan finansial dan stabilitas keuangan jangka panjang;  termasuk kemampuan mengelola pengeluaran, mengatur budget, dan berinvestasi dengan bijak.

  5. Keterampilan rawat diri dan rumah tangga, meliputi memasak makanan sederhana, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan merawat lingkungan tempat tinggal; termasuk merawat diri sendiri seperti mandi, sikat gigi, dan berpakaian, serta keterampilan kebersihan pribadi lainnya. 

  6. Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk menjadi pemimpin yang efektif sangat penting untuk keberhasilan pribadi dan profesional;  termasuk kemampuan untuk memotivasi orang lain, mengatur tim, dan mengambil keputusan yang tepat.


BLS, Mengapa Penting?

Anak adalah pribadi yang akan tumbuh dewasa dan berelasi dengan beragam kehidupan yang luas.  Tidak selalu apa yang diharapkan bisa terpenuhi.  Ada kalanya peluang hadir bersama dengan tantangan yang seolah menjadi realita di hadapan mereka, kini dan nanti.  Bayangkan bila untuk menjalani kehidupan yang seperti itu, anak tidak dibekali dengan ketrampilan yang diperlukannya.  Jadi mengapa BLS menjadi  bagian penting dari parenting?  Apa jadinya bila anak tidak dikenalkan dan dilatih BLS?

Minimal ada tiga alasan mengapa perlu mengajarkan keterampilan hidup dasar bagi anak.  Pertama, membangun spritualitas yang berimbang.  Sejak dini anak perlu diajarkan bahwa Tuhan bekerja dalam karya dan karsa manusia.  Tidak ada kemudahan atau keberhasilan tanpa campur tangan pertolongan Tuhan di dalam setiap hal yang manusia kerjakan.  Pemahaman ini menolong anak mempunyai pandangan yang berimbang tentang Tuhan dan berkat dalam kehidupan.  Itu sebabnya keyakinan akan penyertaan Tuhan perlu diwujudkan melalui sikap diri yang mau berusaha belajar mengembangkan keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan.  BLS menjadi wujud pertanggungjawaban untuk mengelola talenta dan kehidupan yang Tuhan percayakan.

Kedua, meningkatkan rasa percaya diri.  Anak bergumul dengan rasa percaya diri adalah hal yang wajar.  Butuh waktu untuk membangun keyakinan diri melalui kemampuan mengerjakan segala sesuatu secara bertahap.  Ketika anak-anak berhasil menguasai keterampilan hidup, mereka merasa lebih percaya diri dalam kemampuan mereka. Kepercayaan diri akan mendorong mereka untuk terus berani mencoba dan berusaha mengatasi keadaannya.  Keberhasilan menjalani kehidupan salah satunya ditentukan oleh kesiapan dan kekuatan mental menghadapi tantangan.  Tantangan pasti ada, namun mereka akan menggunakan tantangan sebagai kekuatan untuk terus melangkah.   

Ketiga, meningkatkan kemandirian.  Tahapan ini merupakan proses ‘akhir’ yang terjadi karena faktor sebab akibat dari proses sebelumnya.  Kemandirian tidak terjadi secara instan.  Proses kemandirian juga berkenaan dengan kesiapan mental dan faktor-faktor pendukung lainnya.  Penting bagi orangtua untuk sabar dan setia mengajarkan serta melatihkan apa arti mandiri dari hal-hal kecil dalam hidup mereka.  Anak-anak yang dibiasakan melakukan hal-hal dasar sendiri seperti membereskan tempat tidur, menceplok telur, mencuci pakaian, membersihkan sepatu, membersihkan diri, merawat diri, menabung dan lain-lain akan lebih terlatih mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari.   

 

Melaksanakan BLS

Sisi lain yang perlu diwaspadai adalah pemikiran dan sikap orangtua yang terkadang tidak mau repot dan terlalu kuatir dengan proses anak-anak belajar mandiri. Hal ini ditambah pula dengan pengalaman traumatis masa lalu, seolah mendorong orang tua pada akhirnya tidak sabaran berproses mengembangkan BLS dalam diri anak-anak mereka. Berikut usulan tahapan dan proses melaksanakan BLS  

  1. Membicarakan dengan anak supaya mereka memahami bahwa BLS bukanlah semacam tuntutan, melainkan bagian dari proses menjadi dewasa.  

  2. Menetapkan tujuan dan membuat rencana. Orangtua bersama anak dapat membuat  rencana dan tindakan yang spesifik untuk mencapai tujuan tersebut.

  3. Belajar dari pengalaman. Beri kesempatan anak menyapa kegagalannya, namun sekaligus belajar dari pengalaman kegagalan tersebut. 

  4. Mencari pelatihan dan kursus.  Orangtua dapat membantu anak melalui pelatih atau tenaga khusus, khususnya pada area dimana orangtua benar-benar tidak mampu mengerjakannya

  5. Berlatih secara teratur.  Pengalaman ini mengajarkan orangtua dan anak pentingnya proses dan capaian hidup.

  6. Mencari feedback dan evaluasi supaya anak tahu capaian yang dilakukannya, sekaligus belajar menerima kritikan untuk terus melangkah lebih baik.

  7. Mendoakannya.  Orang tua dan anak belajar membangun harapan di dalam Tuhan sebagai wujud pertanggungjawaban hidup.  


Penutup

Ketidakmampuan menguasai keterampilan hidup dasar dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada kehidupan anak-anak, baik secara iman sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan dukungan dan bimbingan dalam mengembangkan keterampilan hidup dasar ini. Saat kita mengajarkan keterampilan hidup dasar kepada anak, itu dapat membantu mereka menjadi individu yang mandiri, percaya diri, beriman dan siap menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.




 

Back to News & Events

NEWS & EVENTS