By Ms Juliet, SSS
Bagi orang tua, memiliki anak adalah suatu sukacita bagi setiap pasangan yang merindukannya. Bahkan seringkali kita tidak segan menunjukkan perasaan bahagia kita memiliki anak di depan umum. Namun ternyata tidak hanya perasaan bahagia, perasaan kesal pada anak juga terkadang ditampilkan di depan banyak orang. Hal ini terjadi karena anak tidak selalu menampilkan perilaku yang diharapkan orang tua. Anak juga kerap melakukan berbagai kesalahan. Sekalipun bermaksud mendisiplinkan anak, tidak jarang orang tua juga iku tersulut emosi sehingga memarahi anak tanpa mempertimbangkan penempatan diri yang tepat dengan kondisi sekitar. Ada juga orang tua yang berpikir bahwa dengan memarahi anak di depan umum maka itu dapat membuat anak merasa malu sehingga kelak dapat menjadi lebih bertanggung jawab pada apa yang dilakukannya. Padahal, memarahi anak di depan umum dapat membuat anak merasa ditolak.
Meskipun berniat baik, ada beberapa dampak akibat kesalahan yang dilakukan orang tua ketika memarahi anak di depan umum:
1. Merasa dipermalukan
Orang tua merasa perlu segera mendisiplinkan anak, namun dengan menegur langsung di depan umum itu justru akan membuat anak merasa dipermalukan. Oleh sebab itu, lebih baik orang tua perlu menjelaskan kesalahan anak dengan komunikasi yang baik.
2. Memengaruhi perkembangan mental anak
Saat anak dimarahi, bisa jadi anak merasa sakit hati. Teguran yang dilakukan terus-menerus justru dapat membuat anak merasa tertolak dan tidak dikasihi. Terlebih jika menggunakan kata-kata kasar, maka ini akan mudah diingat oleh anak dan bisa dibawa hingga dewasa. Anak juga dapat berkembang menjadi pribadi yang rendah diri dan enggan untuk berpendapat.
3. Mengembangkan emosi negatif
Saat anak dimarahi, pada dasarnya orang tua sedang membuat anak merasa disudutkan karena kesalahannya. Anak bisa jadi tumbuh dalam ketakutan. Untuk menegur anak dengan cara berteriak bukanlah cara yang tepat untuk mendisiplinkan. Justru berbicara dengan tenang dapat lebih dipahami anak dan lebih berhasil.
4. Anak Menjadi Agresif
Kejadian memarahi dan mempermalukan anak di depan umum dapat menjadi perilaku yang direkam anak sebagai solusi. Oleh karena itu, anak dapat menerapkan perilaku yang sama pada orang lain bahkan hingga ia dewasa. Selain itu, anak yang sering dimarahi di depan umum dapat mempertanyakan kasih sayang orang tuanya, sehingga ia menjadi tidak hormat dan bahkan mengembangkan sikap tidak patuh yang lebih buruk lagi.
5. Tidak percaya diri
Jika sering terjadi, apalagi di depan umum, maka ia akan mempertanyakan kemampuan dirinya. Apalagi jika teguran di depan umum yang dilakukan orang tuanya meninggalkan bekas luka dalam dirinya. Bisa jadi, anak akan takut perasaan direndahkan itu terjadi kembali dan lebih memilih untuk ada di situasi aman yaitu tidak menampilkan ekspresi apapun. Hal ini juga dapat berdampak pada kemampuan bersosialisasinya.
Anak-anak adalah peniru yang hebat. Misalnya, jika ibu berteriak pada saat marah atau menegur anak, bukan tidak mungkin anak akan melakukan hal yang sama ketika ia sedang marah. Hal ini karena anak belajar cara untuk menghadapi masalah kehidupan dari orang tua, sehingga tidak heran anak akan cenderung mencontoh cara berperilaku yang mereka lihat dari orang tuanya.
Oleh karena itulah sebagai orang tua, kita perlu untuk lebih cermat dalam berperilaku karena orang tua adalah role model pertama bagi anak. Berikut ini tips cara menegur anak yang tepat ketika anak berbuat salah adalah:
1. Kendalikan emosi dan lakukan dengan tenang
Mari coba meredam amarah kita dahulu. Sebab tidak ada luapan positif yang terjadi ketika orang sedang dalam kondisi emosional. Sebelum menyesal tanpa sadar, cobalah untuk menarik nafas panjang selama beberapa kali terlebih dahulu sebelum berbicara/ menegur.
2. Validasi emosi anak
Hal ini kerap kali dilupakan oleh orang tua. Orang tua perlu membantu anak mengenali perasaannya. Caranya adalah dengan mengakui perasaan yang sedang dialami. Kemudian menjelaskan alasan sikap anak itu dapat memicu amarah Anda juga. Gunakan dengan bahasa sederhana untuk menjelaskan sebab akibat dari perbuatan mereka.
3. Dengarkan anak
Tidak hanya orang tua, sebetulnya anak juga ingin didengarkan. Malah seringkali anak melakukan perilaku yang tidak kita inginkan sesederhana hanya karena ingin mendapat perhatian dan didengarkan oleh orang tuanya. Di balik kesalahan yang dilakukan anak, pasti ada alasan. Sebagai orang tua kita juga perlu belajar untuk mendengarkan terlebih dahulu daripada hanya fokus menegur saja. Jika tidak demikian, maka dengan siapa lagi anak dapat bercerita dengan sosok yang aman dan nyaman.
4. Koneksi sebelum memberikan koreksi
Nasihat dan teguran yang baik tentu akan dapat diterima jika Anda memiliki hubungan yang baik dengan anak. Tingkatkan quality time bersama anak sehingga kedua pihak dapat lebih saling memahami dan terkoneksi secara emosi, sehingga di waktu yang akan datang, orang tua lebih mudah memberikan koreksi jika ada kesalahan.
5. Menjelaskan bagaimana sikap yang benar
Manfaat memarahi anak dapat dirasakan jika disampaikan dengan benar. Bila dibandingkan hanya menyalahkan/ mempermalukan, lebih baik jelaskan dengan baik pada anak terkait perilaku apa yang kita harapkan dari anak. Contohnya: Saat anak mendorong temannya, kita dapat menjelaskan bahwa daripada menyakitinya kita dapat berkata dengan baik yaitu dengan meminta temannya bergeser.
Mari miliki kesabaran dan toleransi ketika membesarkan anak, agar sikap baik dari anak juga bisa membantu orang tua membangun lingkungan yang terbaik untuk mereka tumbuh besar dan menjadi orang yang kuat secara emosional.