By Melianawati (SSS MSCS)


Jangan Ditiru! Ini 3 Kesalahan Penyebab Lambat Bicara Pada Anak Usia Dini

Hari-hari ini, banyak orang tua yang merasa khawatir saat anak mereka telah berusia 2-4 tahun, namun belum menunjukkan perkembangan bahasa yang signifikan sesuai level usianya. Namun, kadang ada pula orang tua yang merasa tenang-tenang atau biasa-biasa saja karena menganggap bahwa kondisi anaknya tersebut memang pendiam dan anteng, khususnya saat bermain gadget. Lantas, bagaimana sikap orang tua yang tepat terkait perkembangan bahasa anak?


Sebelum orang tua menentukan respon atau tindakan yang tepat untuk mendukung perkembangan bahasa anak, maka perlu diketahui terlebih dahulu terkait tahapan perkembangan bahasa anak pada umumnya. Hal ini agar dapat menjadi panduan dalam menentukan berada di level mana kondisi perkembangan bahasa anak kita masing-masing saat ini:

  1. Usia 3 bulan: Anak akan memunculkan respon bahasa non-verbal, seperti misalnya ekspresi wajah yang tersenyum atau cemberut atau mengernyitkan dahi saat berinteraksi dengan orang lain.

  2. Usia 6 bulan: Anak mulai berbicara dengan satu suku kata yang tidak berarti spesifik atau istilahnya babbling, seperti “da-da-da, ba-ba-ba”. Biasanya, pada usia ini anak juga sudah memunculkan respon saat dipanggil namanya.

  3. Usia 12 bulan: Anak sudah mulai dapat memahami dan melakukan 1 perintah sederhana, seperti “Ayo tidur”, “Ayo makan”. Ia juga sudah mulai bisa mengucapkan “mama”, “papa”, meski mungkin belum terlalu jelas.

  4. Usia 18 bulan: Anak sudah mulai memahami 10-20 kata sederhana. Ia juga sudah mulai paham bagian tubuhnya, nama orang, nama benda dan melakukan perintah sederhana yang disertai dengan clue gerakan fisik orang lain.

  5. Usia 24 bulan: Ia mulai memahami 50 kata sederhana dan melakukan komunikasi sederhana dengan menggunakan 2 kata seperti misalnya “mau minum”, “mau pipis”.

  6. Usia 3-5 tahun: Pada usia ini, perkembangan bahasa anak seharusnya berkembang semakin cepat. Ia bisa memahami 300 kata sederhana, mulai memahami perintah/instruksi yang lebih panjang kalimatnya dan bisa berbincang sederhana dengan orang lain yang biasanya terjadi di sekitar usia 5 tahun.


Perkembangan bahasa anak merupakan sesuatu hal yang perlu mendapat perhatian dari orang tua. Mengapa demikian? Karena kemampuan bahasa anak sangat menentukan bagaimana ia dapat menangkap, mengelola, memahami, mengingat & menggunakannya kembali (mengekspresikan) hal-hal yang diperolehnya atau dipelajarinya dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, bila anak berusia 4 tahun masih belum mampu mengucapkan 1 kata sederhana, maka ia pasti akan kesulitan dalam memahami pembelajaran dan percakapan relasional dengan teman-teman sekolahnya. Alhasil, ia akan merasa terasing, tidak paham & tidak mampu mengerjakan serta menyelesaikan tugas/instruksi yang diberikan, serta kesulitan pula dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya. Tidak heran, bila akhirnya anak akan marah dengan melakukan tindakan fisik yang kasar dan tantrum karena tidak dapat menyampaikan maksud dan kebutuhannya serta karena ia merasa orang lain kurang memahaminya.


Mengingat pentingnya perkembangan bahasa anak, maka sebagai orang tua, kita perlu memperhatikan beberapa respon/tindakan dan pola asuh kita yang kurang tepat, yang justru dapat memperlambat perkembangan bahasa anak sehingga perlu untuk kita hindari:

  1. Kurang atau bahkan tidak adanya komunikasi interaktif antara anak dengan orang tua. Hal ini biasanya dapat terjadi karena anak terlalu lama dibiarkan untuk bermain sendiri, termasuk bermain gadget atau menonton TV sendiri. Saat anak bermain sendiri, anak menjadi pasif (hanya satu arah informasi dari gadget saja), sehingga anak menjadi kurang terlatih dalam memahami bahasa yang diungkapkan terhadap satu sama lain, kurang terlatih memposisikan diri secara non-verbal dengan tepat saat berbincang dengan orang lain dan kurang terbiasa untuk menimpali atau mengekspresikan pikiran-perasaan secara verbal lisan dengan kata yang tepat dalam perbincangan.

  2. Belajar lebih dari 1 bahasa sejak dini. Saat masih kecil, kemampuan anak untuk menangkap, memahami & mengekspresikan bahasa masih terbatas. Oleh karena itu, untuk memahami 1 jenis bahasa secara utuh saja ia masih perlu beradaptasi dengan cukup keras, apalagi bila diajarkan lebih dari 1 jenis bahasa pasti akan lebih kesulitan lagi untuk beradaptasi bagi anak.

  3. Tidak mengalami proses perkembangan otot mulut yang alami & tepat. Pemberian makanan yang bertekstur lebih keras sesuai dengan level usianya adalah hal yang penting untuk mendukung latihan kekuatan otot rahang mulut & fleksibilitas lidah yang berperan penting dalam kemampuan berbicara anak. Oleh karena itu, pemberian makanan yang selalu bertekstur lembek/halus & selalu berkuah, meskipun sebenarnya sudah cukup mampu untuk makan makanan yang bertekstur lebih kasar justru dapat menghambat kekuatan mulut yang mendukung perkembangan bicara anak. 


Selain 3 hal respon/tindakan dan pola asuh orang tua yang dapat mempengaruhi lambat bicara pada anak, orang tua juga perlu memperhatikan perkembangan fisik anak. Perkembangan fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan bicara anak ini terkait dengan ada tidaknya masalah pada mulut (misalnya: bentuk dan posisi gigi anak), masalah pendengaran (kemampuan menangkap bahasa dari lingkungan eksternal), masalah neurologis (misalnya seperti cerebral palsy), dan gangguan/keterlambatan perkembangan serta kapasitas intelektual anak (misalnya autism, ADHD, down syndrome, dll). Semakin cepat mengetahui adanya hambatan fisik pada anak melalui memeriksakannya pada ahli profesional, maka semakin cepat dan tepat pula dalam menentukan penanganan yang tepat untuk mendukung perkembangan bahasa anak.


Berikut ini adalah beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan bahasa anak:

  1. Banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dan bermain dengan anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menirukan suara anak, sehingga anak merasa sedang berbincang dengan orang tua sekalipun bahasa anak masih hanya 1 suku kata & tidak memiliki arti khusus. Lalu, orang tua dapat berinteraksi dengan anak sambil menggunakan gerakan atau menunjukkan benda atau kejadian atau orang yang dimaksud agar anak dapat memahami adanya korelasi nyata antara bahasa dengan kondisi realita sehari-hari. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan pujian pada anak terkait perkembangan bahasanya.

  2. Menyediakan waktu untuk mendampingi anak saat menonton TV atau bermain gadget, sambil diberi penjelasan lisan dan mengajak anak untuk berkomunikasi atau mendiskusikan hal yang ditontonnya.

  3. Beri kesempatan anak untuk bertemu dan bermain bersama dengan anak yang seusianya.

  4. Melafalkan/mengucapkan bahasa sehari-hari dengan tepat, tidak diucapkan dengan lafal cadel.

  5. Menggunakan kalimat pendek dan sederhana saat berbicara dengan anak, khususnya saat ia masih berusia di bawah 1 tahun.

  6. Memperkenalkan dan menggunakan 1 jenis bahasa ibu terlebih dahulu secara konsisten, termasuk saat memberikan tayangan video juga menggunakan video yang menggunakan bahasa pengantar yang sama dengan bahasa ibu yang diperkenalkan pada anak.

  7. Memberikan & melatih anak untuk makan makanan yang bertekstur lebih kasar sesuai dengan kemampuan level usia anak.


Sebagai pribadi yang baru pertama kali hadir di dunia, tidak heran bila anak perlu mengasah kemampuan/skill-nya demi beradaptasi dengan dunia baru yaitu lingkungan dan orang lain di sekitarnya. Jadi, sudah merupakan tugas dan tanggung jawab dari orang tua dan orang dewasa lain di sekitarnya untuk menolongnya belajar berbahasa demi dapat beradaptasi dengan baik dengan sekitarnya. Hal ini tepat persis seperti yang Tuhan katakan bahwa anak-anak butuh diajar dan dididik agar menjadi mampu dan berdaya dalam melakukan apa yang tepat/benar. Bila bukan kita, orang tuanya, pribadi pertama dan terdekat yang anak temui di dunia yang mengajarkannya, maka siapa yang dapat & mau mengajarkannya pada anak kita? 



 

Back to News & Events

NEWS & EVENTS