"And the second is like it: ‘Love your neighbor as yourself." Matthew 22:39


Toleransi dan Empati



Salah satu impian terbesar sebagai orang tua adalah dapat membesarkan anak dalam lingkungan yang sehat, agar mereka bertumbuh optimal menjadi individu yang baik, sehingga dapat dibanggakan, dihormati oleh orang-orang di sekitarnya, dan dapat menjadi jawaban bagi dunia. Namun senyatanya, tidak semudah itu mengasuh anak. Setiap tahun, di Indonesia, setidaknya ada satu kasus perundungan yang terjadi. Hal ini sering terjadi dan diabaikan, sehingga secara tidak sadar berdampak pada kondisi fisik & mental anak, hingga membuat mereka ragu untuk mencari pertolongan. Mengapa hal ini terjadi? Hal apa yang menjadi kunci dari permasalahan ini? Salah satu jawabannya adalah empati dan toleransi yang kurang terasah pada anak.


Empati, Kunci dalam Memahami Perasaan Anak

Saat mendengar kata empati, satu hal yang sering terlintas adalah tentang memahami emosi seseorang. Jami et al. (2023) dalam studinya menuliskan empati merupakan kemampuan memahami proses perasaan yang muncul pada diri seseorang. Maksud dari proses perasaan ini, misalnya ketika anak marah, ia dapat mengenali “Apa yang memicunya marah?”, “Tanda-tanda apa yang menunjukkan dirinya sedang marah?”, sehingga akhirnya ia juga terbiasa mengenali proses perasaan yang muncul dalam diri orang lain. Melalui kemampuan ini, anak mampu memposisikan dirinya di dalam posisi orang lain. 

Empati yang diajarkan kepada anak sejak kecil akan berdampak signifikan bagi masa depannya. Pertama, meningkatan pengendalian emosi anak (emotion regulation). Saat kecil, anak masih kesulitan dalam membedakan dan memisahkan antara perasaan dirinya sendiri dan perasaan orang lain. Peran dari empati adalah membantu anak untuk mengenali dan memisahkan antara perasaan dirinya sendiri dan perasaan orang lain, sehingga ia mampu memutuskan tindakan personalnya secara objektif, tanpa terpengaruh emosi orang lain. Kedua, anak lebih mudah memahami perbedaan yang dimiliki setiap orang dan mampu menerima mereka apa adanya, yang mana ini berkaitan erat dengan toleransi. Ketiga, empati membuat anak menyadari bahwa setiap tindakan dapat memberikan dampak emosi tertentu, sehingga anak dapat lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan dan memutuskan tindakannya terhadap orang lain. 


Toleransi: Menghargai yang Tepat

Toleransi adalah dasar dari sebuah lingkungan yang damai sejahtera. Chairilsyah (2019) mengatakan bahwa toleransi berbicara tentang penerimaan. Toleransi adalah kemampuan seseorang untuk menerima perbedaan yang dimiliki setiap orang. Setiap individu diciptakan oleh Tuhan berbeda-beda. Anak perlu belajar untuk menoleransi alias memahami dan menerima perbedaan dalam diri semua orang yang ada di sekitarnya, tanpa ikut kompromi pada hal-hal yang salah atau yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Oleh karena itu, tantangan terbesar dalam mengajar toleransi bukan pada how to, namun pada batasan menoleransi. Sejalan yang tertulis dalam 1 Korintus 10:23, "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Ingat! Tidak semua hal berguna dan membangun, sehingga tidak semuanya perlu dikompromikan. Untuk hal-hal yang tidak sejalan dengan FirmanNya, ajarkan pada anak untuk cukup menoleransi dan menghargainya saja, tanpa perlu mengadopsinya menjadi bagian dari diri.


Pentingnya Toleransi dan Empati

Empati dan toleransi adalah dua komponen yang tidak terpisahkan. Ketika seseorang ingin memahami perasaan yang dialami oleh orang lain, maka ia harus terbuka terhadap perbedaan pengalaman, perasaan dan pikiran pada diri orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang ingin menoleransi, maka dia terlebih dahulu perlu memahami posisi dan perasaan orang lain. Saling menghargai & memahami adalah kunci dari empati dan toleransi. Jika hal ini tidak diajarkan sejak kecil, anak menjadi kesulitan dalam memahami perbedaan dan persamaan antara emosinya dan emosi orang lain, sehingga pada akhirnya kesulitan pula dalam mengenali & meresponi perbedaan diri dan orang lain dengan sikap toleransi yang tepat.


Bagaimana cara mengajarkan empati dan toleransi pada anak?

  • Ajaklah anak untuk belajar mengenali emosi yang sedang dia alami. Tanyakan pada anak, “Bagaimana perasaanmu hari ini?”, “Kejadian atau pengalaman apa yang membuatmu merasakan itu?”. Adanya pengalaman yang jelas dapat membantu anak untuk lebih mudah memahami penyabab dan mengidentifikasi jenis emosi yang muncul dalam dirinya.


  • Dengarkan anak berbicara, tanpa memotong ceritanya. Setiap pendapat ingin didengar, bahkan anak kecil. Saat anak melihat orang tuanya mau mendengarkan dan memahami pikiran-perasaannya, maka anak juga akan meneladani hal yang sama dalam memahami orang lain.


  • Berikan afirmasi terhadap perasaan yang dirasakan anak. Kata-kata empati seperti “Susah ya, Nak?”, “Sedih ya, Nak?”, dan lain-lain dapat membuat anak merasa didukung dan dihargai, sehingga anak juga dapat belajar untuk mengeskpresikan empati terhadap emosi orang lain dengan kata-kata empati yang didapat & dipelajarinya dari orang tuanya.


  • Ajak anak untuk berkumpul, berinteraksi, dan mengenal beragam kalangan manusia. Saat anak melihat sikap & tindakan orang tua yang sopan, menghargai, bijak & saling mengalah dalam menanggapi perbedaan dengan banyak orang, maka anak juga dapat terbiasa menghadapi perbedaan yang ada dan dapat belajar untuk meresponinya dengan tindakan toleransi yang tepat.



 

Back to News & Events

NEWS & EVENTS