Kindness is always the right response
Internet = Teman Anakku?
“Lho Maaa, ini kan lagi learning online, jadi aku selalu perlu bawa gadget”.
“Paaa… aku lho sudah seharian capek belajar online, ya gak pa-pa to kalau sore sampai malam ini aku main game online atau nonton drakor (drama korea) favoritku”.
Dan seterusnya…
Adakah Bapak/Ibu yang mendengar alasan-alasan serupa di masa pandemi ini dari putra/ putrinya demi gadget tetap dalam genggaman tangan mereka?
Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan gadget khususnya yang tersambung dengan internet mengalami peningkatan di masa pandemi. Alvara Research Center (Rochim, 2020) melakukan survei pada 22 Juni-1 Juli 2020 yang ditujukan pada 1.225 responden di seluruh Indonesia, kecuali beberapa provinsi di Indonesia Timur (Papua, Papua Barat, dan Maluku) yang terkendala internet sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti survei. Surveinya menunjukkan bahwa kebutuhan internet masyarakat meningkat jadi 8,1% di masa pandemi, yang mana di tahun sebelumnya hanya 6,1%.
Bagaimana dengan putra/putri dari Bapak/Ibu, berapa jam penggunaan internetnya di masa pandemi ini? Anehnya, berdasarkan survei tersebut penggunaan internet tertinggi dilakukan pada pukul 20.00-22.00 WIB dan terendah pada pukul 02.00-04.00 WIB. Bukankah pembelajaran online, kegiatan les, belajar mandiri, bahkan bekerja sebagian besar dilakukan saat pagi hingga sore hari? Lantas, untuk apa penggunaan internet yang dilakukan putra/putri kita pada jam 20.00-22.00 WIB?
Hal pertama yang perlu kita sadari adalah penggunaan gadget atau internet secara berlebihan dapat membawa beberapa dampak negatif bagi putra/putri kita seperti (Hufftington Post disitat dalam Fitriyani, 2021):
- Kesehatan fisik: Kurang tidur & pola makan tidak teratur karena fokus bermain gadget/internet, obesitas/kegemukan karena tidak banyak aktivitas gerak fisik akibat banyak duduk bermain gadget/internet, radiasi sinar gadget tidak baik bagi kesehatan, dll.
- Pertumbuhan & perkembangan melambat: Otak manusia bertumbuh cepat saat usia 0-21 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan otak ini akan terjadi secara optimal bila seseorang mendapat beragam stimulasi baik secara sosial, intelektual, emosi, dll. Penggunaan gadget dalam waktu lama membuat anak hanya mendapat 1 macam stimulasi yang monoton dalam waktu lama, sehingga tumbuh-kembangnya menjadi kurang optimal.
- Psikologis: Paparan kekerasan fisik dan seksual yang dilihat dan didengar anak melalui internet, baik lewat video, bacaan, gambar, game, dll dapat menstimulasi anak untuk merekam & meniru perilaku yang serupa dalam keseharian. Selain itu, cepat dan banyaknya konten di media internet membuat anak kurang terlatih untuk memiliki rentang konsentrasi/fokus yang panjang pada 1 hal, hingga akhirnya fokusnya mudah teralihkan dalam keseharian, termasuk dalam kegiatan pembelajaran. Kemudahan untuk mengakses banyak informasi, dll melalui internet juga membiasakan anak untuk memiliki karakter instan atau kurang menyukai proses dalam keseharian.
Memang benar, internet adalah salah satu hal yang cukup penting dibutuhkan putra/putri kita untuk menunjang pembelajaran online mereka. Namun yang lebih penting adalah seperti apa penggunaan internet anak-anak di luar kepentingan pembelajaran? Apakah durasi waktu penggunaan internet lebih banyak digunakan untuk refreshing daripada belajar?
Berikut ini adalah 4 aspek perilaku kecanduan (Chen & Chang disitat dalam Maria & Novianti, 2020) yang dapat Bapak/Ibu gunakan sebagai acuan untuk mengukur kondisi penggunaan gadget atau internet putra/putri dari Bapak/Ibu:
- Kompulsif: Hasrat atau dorongan yang besar untuk menggunakan gadget atau internet secara terus-menerus yang sulit dikendalikan.
- Menarik diri: Merasa tidak nyaman (gelisah, cemas, dll) ketika jauh dari gadget atau internet, sehingga akhirnya menarik diri dari hal lainnya (relasi dengan teman, keluarga, dll) demi tetap dekat dengan gadget atau internet. Contoh: Anak lebih nyaman sendirian di kamar untuk bermain game online daripada bersama keluarga atau sulit untuk memulai pertemanan secara langsung dengan teman baru.
- Toleransi: Batas toleransi penggunaan gadget atau internet semakin meningkat karena semakin meningkatnya pula tingkat kepuasan bermain gadget atau internet yang perlu dipenuhi. Contoh: Awalnya hanya 1 jam sehari bermain game online, semakin hari semakin bertambah hingga 5 jam.
- Timbulnya masalah dalam relasi sosial dan kesehatan: Pecandu gadget atau internet mulai tidak memedulikan jalinan relasinya dengan orang lain. Ia hanya memedulikan jalinan relasinya dengan gadget atau internet itu sendiri. Tidak jarang diikuti pula dengan munculnya masalah dalam kesehatan fisiknya akibat kurang tidur, pola makan tidak teratur, tidak menjaga kebersihan tubuh karena sering lupa/tidak mandi, kurang gerak atau olahraga karena sering duduk berhadapan dengan gadget, dll.
Apakah putra/putri dari Bapak/Ibu menunjukkan perilaku yang meliputi 4 aspek tersebut terkait penggunaan gadget atau internetnya dalam keseharian, khususnya di masa pandemi ini?
Sebagaimana judul dari artikel ini, internet memang bisa menjadi teman bagi putra/putri kita. Hanya saja, apakah internet tersebut menjadi teman yang baik atau teman yang buruk bagi anak-anak kita?
Berikut adalah tips bagi Bapak/Ibu supaya internet dapat menjadi teman yang baik bagi anak-anak kita.
- Penggunaan internet dalam keseharian: Akses internet dilakukan di ruangan yang sama dengan ruangan Bapak/Ibu berada. Mari pantau penggunaan internet anak-anak setiap hari, seperti ketahui apa email mereka, apa nama akun media sosial yang mereka buat dan jangan ragu untuk check konten yang diakses anak Anda setiap harinya. Selain itu, batasi durasi penggunaan gadget atau internet maksimal 2 jam per hari untuk refreshing. Bapak/Ibu dapat menerapkan peraturan dengan sistem reward-consequences yang konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan internet anak.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum menetapkan peraturan penggunaan gadget/internet ini adalah mendiskusikan dan menjelaskan alasan baik dibalik penetapan peraturan penggunaan gadget dan menerapkan peraturan penggunaan gadget/internet secara konsisten dan berkomitmen bagi seluruh anggota keluarga, termasuk orang tua.
- Beri aktivitas pengganti lainnya yang membuat anak tidak perlu selalu beraktivitas dengan gadget atau internet seperti misalnya family time bermain board game bersama, no gadget/internet saat sedang ngobrol dengan orang lain atau saat berkumpul bersama keluarga atau saat ada di area tertentu di dalam rumah (misalnya saat di ruang makan, ruang tamu & saat akan tidur malam), olah raga bersama keluarga, menanam, memelihara hewan, bekerja sama membersihkan rumah, memasak bersama, mengikuti kegiatan komunitas rohani/komunitas hobinya, bermai musik, membaca buku & mendiskusikan isinya, dll.
Tuhan tidak pernah melarang kita menggunakan internet karena Dia mengijinkan internet hadir untuk menjadi teman yang baik dan benar bagi kita. Hanya saja, terkadang kita sendirilah yang seringkali salah dalam memposisikan internet dengan menjadikannya sebagai teman yang buruk dan tidak membangun hidup kita, yang mana hal ini dapat terjadi ketika kita menempatkan internet lebih tinggi daripada Tuhan sehingga Tuhan tidak lagi diposisikan sebagai yang paling berdaulat dalam hidup kita, namun internet yang justru seolah diposisikan lebih berdaulat daripada Tuhan.
“Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (1 Korintus 10:23)
Mari pastikan keberadaan internet sebagai teman yang baik dan benar bagi putra/putri kita dengan cara memastikan keberadaannya tidak menguasai hidup putra/putri kita, namun berguna dan membangun hidup mereka dalam porsi yang baik dan benar.
(Students Support Service, Maret 2021)