By Mr. Minggus, MSCS - Student Support Services


5 Tips Menghadapi Perundungan Teman di sekolah

Entah mulai kapan aksi perundungan marak terjadi di lingkungan sekolah; apakah perundungan sudah terjadi sejak masa lalu, atau baru terjadi belakangan di era milenial ini? Tidak ada data pasti terkait dengan hal tersebut. Namun harus diakui perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadikan jenis perilaku apapun menjadi terang benderang diketahui publik. Apa yang semula seolah tidak ada, tersembunyi atau mungkin sengaja disembunyikan, mendadak menjadi perhatian dan viral. Bahkan konsekuensi berupa tindakan hukum pun mengikutinya. Demikian halnya dengan perundungan yang masih terjadi di masyarakat, termasuk lingkungan sekolah.

Perundungan atau perundungan adalah perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan baik dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok. Perundungan dianggap telah terjadi bila seseorang merasa tidak nyaman dan sakit hati atas perbuatan orang lain padanya. Perundungan bisa diibaratkan sebagai benih dari banyak kekerasan lain, misalnya: tawuran, intimidasi, pengeroyokan, pembunuhan, dll. Sebagai benih kekerasan, bila perundungan bisa ditekan, maka kekerasan yang lebih parah akan bisa dicegah.

Perundungan tidak hanya sebatas gangguan secara fisik, tetapi juga mental atau emosional. Oleh karena itu banyak pihak seperti orangtua, guru, atau masyarakat luas harus memahami apa itu perundungan. Hal ini bertujuan untuk supaya tindakan perundungan dapat dihindari. Berangkat dari penjelasan ini, dimana tawuran atau tindakan kekerasan antar masih terjadi, maka tidak salah bila penulis memastikan bahwa perudungan masih sering terjadi di lingkungan pendidikan. Dinas pendidikan dan sekolah tidak jemu mengingatkan agar semua komponen sekolah bertindak profesional dan tidak melakukan perudungan dalam beragam bentuknya.

Terlebih bagi siswa yang secara khusus menjadi pihak yang berada di depan, perlu memahami hal-hal yang patut dilakukan dalam menghadapi perudungan.Mengingat peliknya masalah perundungan dan betapa sulitnya untuk menghilangkannya, maka kita harus bisa menghadapi hal tersebut. Berikut ini adalah 5 (lima) tips yang bisa disarankan kepada anak dalam menghadapi perundungan.

Pertama, tetap percaya Diri. Perundungan bertujuan merendahkan martabat orang lain. Itu sebabnya, perundungan biasanya ‘berhasil’ dilakukam pada anak/siswa yang juga kurang percaya diri. Hal ini dilakukan oleh anak yang terkesan lebih superior terhadap anak lain yang tampak lebih lemah. Karena sudah tidak yakin dengan dirinya sendiri, maka korban menjadi semakin lemah dan mudah diintimidasi oleh pelaku perundungan.

Orangtua atau guru perlu memberi keyakinan kepada anak/siswa, bahwa tidak ada orang lain yang berhak merendahkan harga dirinya sebagai pribadi. Tidak ada orang lain yang paling tahu siapa dirinya, selain dari orang itu sendiri. Itu sebabnya, orangtua/guru perlu mendorong anak/siswa menemukan kebanggaan yang wajar atas dirinya. Di sisi lain, anak juga perlu mewaspadai hal-hal dalam diri yang seringkali menjadi bahan ejekan. Sejauh hal tersebut bisa diatasi atau ditingkatkan tidak masalah, selebihnya harus diterima dengan kelapangan hati. Mengejar kesempurnaan diri akan berujung pada sikap yang tidak menerima diri. Jadi perlu mempunyai kebanggaan yang sehat atas diri sendiri.

Kedua, berani melawan. Pelaku perundungan yang merasa superior akan terus melakukan perundungan kepada korbannya karena menganggap korbannya takut dan tidak akan melawan. Padahal jika korbannya melawan, belum tentu pelaku berani melawannya. Jadi jika ada anak mengalami perundungan, anak harus melakukan perlawanan yang terukur dengan cara melibatkan orang lain yang secara struktur lebih tinggi kuasanya. Perlawanan semacam ini sekaligus menjadi reminder bagi lembaga untuk melindungi anak.

Anak perlu didorong melawan dengan cara melaporkan tindakan yang dialami kepada wali kelas, wakil kepala sekolah atau langsung kepala sekolah. Terkait dengan hal ini yang menjadi penekanan bukan soal “membalasa dendam”, tetapi lebih kepada membangun kesadaran pada anak bahwa mereka punya hak yang sama untuk diterima dan dihargai. “Melawan” dengan cara melaporkan dipahami sebagai bentuk menegakkan hak anak.

Ketiga, jangan mendengarkan omongannya. Pelaku perundungan seringkali mengucapkan ejekan dan kalimat-kalimat yang merendahkan anak/siswa lain. Hal ini akan membuat seorang anak malu, hingga kehilangan rasa percaya diri dan terpuruk. Bahkan sebagaimana diberitakan, ada anak yang sampai mengakhiri hidupnya karena depresi akibat perundungan. Untuk itu, sebaiknya seorang anak belajar mengabaikan ucapan yang tidak baik itu. Di awal pasti tidak mudah, sebab apa yang disampaikan akan selalu dipikirkan dan membuatnya tidak nyaman.

Dorong anak untuk berterus terang dengan cara menyampaikan keberatan atau teguran kepada pelaku dan memintanya untuk diam. Apabila acara ini tetap tidak digubris, tinggalkan dan untuk sementara waktu ambil jarak dengan pelaku. Tindakan ini dilakukan supaya pelaku sadar dan mau mempedulikan perasaan anak lain.


Keempat, Fokus Pada Diri Sendiri. Bagian ini tidak dimaksudkan agar seorang anak egois dan tidak peduli dengan orang lain, bukan ! Sebaliknya sebagai upaya sistematis dan masif untuk tidak mudah terganggu dengan tindakan serta omongan anak-anak lain yang dengan sengaja memperkatakan hal-hal yang tidak baik. Dengan

tidak mendengar ucapan para pelaku, maka seorang anak bisa fokus pada dirinya sendiri. Sarankan untuk tidak memikirkan ucapan yang merendahkan atau mengintimidasi kita. Meskipun lambat, namun pasti seorang anakvbisa fokus mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik. Anak yang dengan sengaja melakukan perundungan akan capek dan berhenti sendiri.

Kelima, mencari komunitas yang baik. Perundungan seringkali makin terasa berat dan membuat korbannya tertekan. Seolah sendiri dan tidak banyak teman. Bila kondisi ini diketahui dari awal, ada baiknya orangtua sedini mungkin mendorong anak untuk mengenghindari pertemanan yang tidak baik. Pepatah bijak mengatakan, “1 musuh kebanyakan, tetapi 1000 kawan kurang”. Orangtua perlu memberikan keyakinan pada anak bahwa masih banyak anak yang bisa diajak berteman dengan baik.

Hal lain yang perlu dipikirkan adalah, dengan pertemanan yang baik, anak dapat menjadi kuat dan tidak terpengaruh dengan perundungan yang ada. Selain itu jika memiliki teman, maka anak akan lebih berani dalam melawan pelaku perundungan tersebut.

Demikian 5 tips yang bisa dilakukan untuk melawan pelaku perundungan.




 

Back to News & Events

NEWS & EVENTS